Minggu, 05 September 2021

Definisi Iman Kepada Qada dan Qadar (lanjutan)

 







Ngaji Dino Iki #824: Meraih dan Mewujudkan Takdir | Berita Muhammadiyah  Populer

Setiap muslim wajib mengimani Qada' dan Qadar Allah Swt., yang baik ataupun yang buruk. Firman Allah Swt.: 
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Swt. mengetahui apa saja yang ada di langit dandi bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah Swt.” (Q.S. al-Hajj/22:70).


“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah Swt”. (Q.S. al-Hadid/57:22).

Jika didefinisikan dengan kata lain, Qadar dan takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari Qada. Hubungan antara Qada dan Qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama Qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud adalah Qada dan Qadar.
Iman kepada Qada' dan Qadar meliputi empat prinsip, sebagai berikut :
a. Iman kepada ilmu Allah Swt. yang Qadim (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui perbuatan manusia sebelum mereka melakukannya.

b. Iman bahwa semua Qadar Allah Swt. telah tertulis di Lauh Mahfuzh.
c. Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. yang berlaku dan kekuasaan-Nya yang bersifat menyeluruh.
d. Iman bahwa Allah Swt. adalah Zat yang mewujudkan makhluk. Allah Swt. adalah Sang Pencipta dan yang lain adalah makhluk. 
Qada' dan Qadar biasa disebut dengan satu kata, “takdir”. 

Bagi manusia dan makhluk lain, ada pandangan takdir baik dan buruk, tetapi dalam pandangan Allah Swt., semua takdir itu baik, karena keburukan tidak dinisbatkan kepada Allah Swt. Ilmu Allah Swt., kehendak-Nya, catatan-Nya, dan penciptaanNya semua itu adalah kebijaksanaan, keadilan, kasih sayang, dan kebaikan. Keburukan bukanlah sifat Allah Swt. dan bukan pula pekerjaan-Nya. Perhatikan frman Allah Swt. berikut. Sesungguhnya Allah Swt. tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada dirinya sendiri” (Q.S.Yµnus/10:44).



7 komentar: