Jumat, 17 Juni 2016

“Catatan Menuju Ramadhan 1437 H”




Sebuah catatan sebelum menuju kepada salah satu bulan yang penuh berkah, magfirah, rahmah dan hidayah Allah. Hal ini dikarenakan banyak kelebihan-kelebihan yang diterangkan Alah Azza Wajallla disebabkan ada “perintah khusus”. Disamping itu pula ada kelebihan dan kemulian yang diterangkan Rasulullah pada bulan tersebut.
Ramadhan sebagai mana bulan yang lain tentu memililki khas, ciri dan ingatan. Hampir setiap orang biasanya menginginkan dan merasakan harapan yang baik seperti sebelumnya.

Berbeda bagi yang yang belum merasakan “indah” Ramadhan maka Ramadhan kali ini dijadikan sebuah harapan yang harus “indah” dalam pelaksanaannya, entah itu berkaitan ibadah, kedekatan dengan sang Khalik atau sekedar momentum tahunan yang sedikit banyaknya bermanfaat dalam sesi pertemuan “kawan lama”.
Tidak jarang Bulan Ramadhan bagi setiap orang memaknainya berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari profesi, kesibukan, atau kegiatan yang dilakukan pada saat diluar Ramadhan. Akan tetapi, juga berbeda memaknainya pada saat Ramadhan itu sendiri. Misalnya seorang pekerja tentu akan berbeda dengan seorang Ustadz. Jika seorang pekerja beristirahat pada saat Ramadhan berbeda dengan profesi Ustadz, maka biasanya profesi lebih giat pada bulan Mulia ini.

Terlepas dari maksud profesi diatas tentu Ramadahan siapapun boleh memaknainya. Tanpa harus didasarkan pada profesi. Selama tidak menyalahi kesuciaan dan kemulian bulan Ramadhan. Lalu timbul pertanyaan, kenapa demikian ? Karena sudah seharusnya Ramadhan dijadikan bulan yang penuh harapan, permohonan, dan keinginan, cita-cita untuk transformasi diri menuju fitrah (kesucian) manusia. Tentu tidak hanya berupa keinginan hati dan lisan. Akan tetapi disitu terpatri dimensi integral yang harus disadari, diresapi, dan dijalankan yaitu manusia, reinterpretasi makna iman, ilmu dan amal.
Ibadah puasa ramadhan merupakan ibadah yang didalamnya mengandung aspek-aspek bathin (hati) dan zahir (badan), yakni pertama niat berpuasa (iman) yang merupakan letak utama identitas keimanan seseorang Muslim. Mengapa demikian ? Karena, tidak mungkin seseoarang berpuasa tanpa dilandasi iman yang kokoh kepada Allah SWT. Puasa merupakan ibadah keimanan yang tinggi yang hanya diserukan kepada mereka muslim yang beriman. Sebagaimana Firman Allah SWT Perintah Allah tentang wajibnya puasa ramadhan tertuang dalam surat al-Baqarah: 183.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Selain itu, seorang muslim yang berpuasa tentu harus memiliki pengetahuan (ilmu). Dalam melaksanakan puasa tentu harus mengetahui bagaimana agar puasanya lebih bernilai tentu harus dibarengi ibadah lain. Misalnya : Membaca al-Qur’an, I’tiqaf di Mesjid, Bersedekah dan lain-lain. Dalam melaksanakan Ibadah Puasa Ramadahan yang sangat penting yaitu memaknai, mengetahui makna dan maksud Ibadah Puasa itu sendiri yakni menahan dari haus dan lapar serta menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa.
  1. Ketiga, dalam melaksanakan Ibadah tentu yang terpenting bagaimana ibadah puasa Ramadhan dilakukan dengan penuh keihlasan, kehusyu’an, dan kesabaran. Hal ini dapat dilihat dari anggota badan yang senantiasa menjaga kualitas puasa itu dari waktu Akhir Imsak (waktu subuh) sampai terbenam matahari (waktu maghrib), dari awal ramadhan sampai akhir ramadhan.
Melalui aspek iman, ilmu dan amal diatas maka ada ganjaran yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana yang diterangkan Rasulullah didalam Hadist diantaranya sebagai berikut :

1. Di Ampuni Dosa-dosa masa lalu

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . رواه البخاري ومسلم

2. Masuk Surga

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، جَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهِ الَّتِي وُلِدَ فِيهَا. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلآ نُبَشِّرُ النَّاسَ؟ قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ. فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ، فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ. رواه البخاري

3. Bau Mulut oang yang berpuasa lebih wangi dari Kasturi

عَنْ أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُول: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا، إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

Dengan demikian beruntunglah orang yang dapat menjalankan puasa puasa Ramadhan. Mudah-mudahan kita diberi kekuatan dan Hidayah dalam menjalankan aktivitas (ibadah) Ramadhan tahun ini. Amien. YRA
Syukran ‘Ala Ihtimamikum Wa Alfa Minkum. Wabillahi Taufik Wal Hidayah.

0 komentar:

Posting Komentar