Jumat, 17 Juni 2016

Menuai Pahala dengan kelima Indera



Terkadang kita jarang mau melihat, merasakan, menilik diri sendiri. Bahkan biasanya kita  lebih sering mampu memperhatikan keadaan luar tanpa memperhatikan diri sendiri.  Hal ini kerap terjadi disebabkan indera kita lebih sering digunakan untuk merespon keadaan luar.
Padahal, sebagai manusia tidak seharusnya indera kita digunakan hanya sebagai alat untuk melihat (mata) mendengar (telinga), merasakan (peraba), mengucap (lidah) dan sebagainya keadaan luar dirinya. Indera itu tentu juga juga merupakan amanah dari “Sang Khalik” yang mana digunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

“Indera yang diberikan Tuhan merupakan Amanah yang diberikan kepada Manusia”.

Disamping sebagai amanah, indera sudah sepatutnya digunakan kepada hal-hal yang bernuansa positif didalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Misalnya digunakankan untuk menolong orang lain, mendengarkan nasehat (ceramah), kerja sosial, dan aktivitas lainnya.
Masing-masing orang kiranya berbeda-beda dalam menggunakan amanah tuhan tersebut, namun yang terpenting dari semua itu adalah letak kebermanfaatan indera digunakan dengan baik atau tidak kirannya itulah yang menjadikan “porsi indikasi” dari indera yang dimiliki manusia. Selain itu, banyak dinatara kita yang terkadang melupakan salah satu bagian dari indera yang juga tidak kalah penting. Dimana indera ini pulalah yang  dijadikan tolak ukur moral (akhlak) seseorang dalam kehidupan. Indera yang dimaksud ialah lidah (indera  yang dibutuhkan untuk mengucap). Lidah merupakan salah satu alat yang mana melalui inilah manusia mampu berucap, bercakap, termasuk belajar.
Lidah sebagaimana indera yang lainpun sangat berpotensi mengarah kedua arah baik itu positif maupun negatif. Penggunaan indera ke arah positif misalnya: membaca, belajar, berdiskusi dan lain-lain. Tentu jika dilakukan aktivitas-aktivitas tersebut maka indera ini bermanfaat bagi seseorang. Lain halnya  penggunaan indera (lidah) ke arah negatif misanya : adu domba, menggibah, mengumpat dan lain-lain. Tentu kebalikan dari indera positif yang mana jika dilakukan maka akan membuat seseorang yang melakukannya tadi berdosa bahkan menyebabkan dosa besar karena seringnya perbuatan dosa terkait. Sampai-sampai Nabi SAW memperingatkan kepada manusia melalui hadisnya yaitu : 

 “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam (al-Hadits)” 

 Hal  demikian mengindikasikan bahwa dorongan berkata yang dibarengi dengan kebaikan akan mendapatkan keutamaan tetapi jika tidak mampu memberikan kebaikan apalagi mengarah kepada keburukan tentu tentu lebih diam akan lebih utama.
Oleh karena itu, seseorang hendaknya melihat kembali amanah Tuhan yang berupa indera tersebut apakah indera sudah dimanfaatkan, didayagunakan dengan baik atau tidak dan sudah digunakan dengan baik atau belum. Semua itu tujuannya tidak lain agar dapat digunakan manusia dengan benar. Serta sebagai salah satu bentuk rasa terimakasih telah diberikan kepada kita nikmat  yang sangat banyak termasuk misalnya rezeki, pengtahuan dan indera itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar