Terkadang
kita jarang mau melihat, merasakan, menilik diri sendiri. Bahkan biasanya kita lebih sering mampu memperhatikan keadaan luar
tanpa memperhatikan diri sendiri. Hal
ini kerap terjadi disebabkan indera kita lebih sering digunakan untuk merespon
keadaan luar.
Padahal,
sebagai manusia tidak seharusnya indera kita digunakan hanya sebagai alat untuk
melihat (mata) mendengar (telinga), merasakan (peraba), mengucap (lidah) dan
sebagainya keadaan luar dirinya. Indera itu tentu juga juga merupakan amanah
dari “Sang Khalik” yang mana digunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
“Indera yang diberikan Tuhan merupakan Amanah yang diberikan kepada Manusia”.
Disamping
sebagai amanah, indera sudah sepatutnya digunakan kepada hal-hal yang bernuansa
positif didalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Misalnya
digunakankan untuk menolong orang lain, mendengarkan nasehat (ceramah), kerja
sosial, dan aktivitas lainnya.
Masing-masing
orang kiranya berbeda-beda dalam menggunakan amanah tuhan tersebut, namun yang
terpenting dari semua itu adalah letak kebermanfaatan indera digunakan dengan
baik atau tidak kirannya itulah yang menjadikan “porsi indikasi” dari indera
yang dimiliki manusia. Selain itu, banyak dinatara kita yang terkadang
melupakan salah satu bagian dari indera yang juga tidak kalah penting. Dimana
indera ini pulalah yang dijadikan tolak
ukur moral (akhlak) seseorang dalam kehidupan. Indera yang dimaksud ialah lidah
(indera yang dibutuhkan untuk mengucap).
Lidah merupakan salah satu alat yang mana melalui inilah manusia mampu berucap,
bercakap, termasuk belajar.
Lidah
sebagaimana indera yang lainpun sangat berpotensi mengarah kedua arah baik itu
positif maupun negatif. Penggunaan indera ke arah positif misalnya: membaca,
belajar, berdiskusi dan lain-lain. Tentu jika dilakukan aktivitas-aktivitas
tersebut maka indera ini bermanfaat bagi seseorang. Lain halnya penggunaan indera (lidah) ke arah negatif
misanya : adu domba, menggibah, mengumpat dan lain-lain. Tentu kebalikan dari
indera positif yang mana jika dilakukan maka akan membuat seseorang yang
melakukannya tadi berdosa bahkan menyebabkan dosa besar karena seringnya perbuatan
dosa terkait. Sampai-sampai Nabi SAW memperingatkan kepada manusia melalui
hadisnya yaitu :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam (al-Hadits)”
Hal demikian mengindikasikan bahwa dorongan
berkata yang dibarengi dengan kebaikan akan mendapatkan keutamaan tetapi jika
tidak mampu memberikan kebaikan apalagi mengarah kepada keburukan tentu tentu
lebih diam akan lebih utama.
Oleh karena itu, seseorang hendaknya
melihat kembali amanah Tuhan yang berupa indera tersebut apakah indera sudah
dimanfaatkan, didayagunakan dengan baik atau tidak dan sudah digunakan dengan
baik atau belum. Semua itu tujuannya tidak lain agar dapat digunakan manusia
dengan benar. Serta sebagai salah satu bentuk rasa terimakasih telah diberikan
kepada kita nikmat yang sangat banyak
termasuk misalnya rezeki, pengtahuan dan indera itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar